tapi kan kita tidak punya kendali atas setting tersebut dan juga kita tidak pernah belajar darinya. Pada akhirnya kita bisa jadi tidak puas dengan hasilnya. Boleh dibilang mode AUTO itu lebih cocok dipakai dalam kondisi yang ideal saja, seperti cukup cahaya, bendanya tidak bergerak dan momennya tidak berlalu dengan cepat. Namun saat kondisi menjadi lebih sulit, pencahayaan menantang, warna sumber cahaya yang tidak mudah, subyek terus bergerak, kita tidak bisa lagi mengandalkan mode AUTO di kamera. Kali ini kami akan berbagi banyak tips penting untuk menghadapi bermacam kondisi sulit, tentunya dengan menjelaskan setting apa yang harus dipilih. Ada baiknya setelah dibaca, anda juga praktekkan untuk lebih memahami dan bisa membuktikan sendiri. Ayo mulai..
Kondisi 1 : cahaya berubah-ubah
Misal : saat memotret konser dengan lampu sorot dan lampu latar (LED) yang terus berubah
Pertama yang harus diingat adalah, jangan pakai mode Manual exposure. Biarkan kamera menghitung sendiri cahayanya dan memberikan nilai ekpsosur yang tepat untuk kita. Bisa gunakan mode P (Program) atau A/Av (Aperture Priority) atau S/Tv (Shutter Priority). Gunakan juga mode metering Spot, lalu kunci pengukuran metering ke obyek utama yang ingin difoto, ini dilakukan supaya kita bisa mendapat pengukuran yang pas walau cahayanya sulit.
Bila kita merasa setting eksposur yang diberikan kamera sudah pas, bisa kita kunci setting dengan menekan dan menahan tombol AE-Lock (simbol bintang di kamera Canon, atau tombol AE-L di kamera lain). Tak perlu menunggu lama, setelah jempol kita menahan tombol ini segeralah mengambil foto untuk mencegah perubahan cahaya lagi. Selamat mencoba..
Kondisi 2 : kontras tinggi
Misal : siang hari outdoor matahari terik dan subyek yang akan difoto tampak gelap
Disini tidak ada satu solusi yang mudah, karena memang kenyataannya dynamic range sensor kamera tidak bisa menyamai apa yang kita lihat. Maka kamera selalu kesulitan untuk menangkap semua terang gelap di alam dengan sama baiknya. Biasanya yang terjadi adalah langit menjadi terlalu terang, atau justru obyek utamanya jadi terlalu gelap. Ada beberapa setting kamera yang bisa dicoba dengan plus minus masing-masingnya :
- Mengatur kompensasi eksposur, biasanya dikompensasi ke arah + (positif), cocok bila kita ingin obyek utama terlihat terang namun background terpaksa jadi terlalu terang/over (untuk mengembalikan detail di daerah yang over memang hampir mustahil, tapi cobalah pakai RAW dan diatur highlight settingnya di olah digital kadang-kadang bisa membantu sedikit)
- Mengatur fitur Active D Lighting (Nikon), Auto Lighting Optimizer (Canon), bisa menjaga kontras dimana hasil fotonya diusahakan tidak ada yang terlalu terang dan terlalu gelap (tidak bisa pakai RAW)
- memakai mode in camera HDR (bila ada), seperti contoh foto atas kanan (mode ini tidak cocok bila obyeknya bergerak dan juga tidak bisa pakai RAW)
Tips tambahan : di kamera Canon ada fitur Highlight Tone Priority, ini bisa diaktifkan untuk mencegah over eksposur di daerah putih seperti baju pengantin atau langit.
Kondisi 3 : subyek bergerak, momen sulit diprediksi
Misal : aktivitas outdoor, event olahraga, perlombaan dsb
Yang perlu diingat disini adalah untuk mendapatkan foto yang timingnya pas, diperlukan fokus dan drive kontinu (terus menerus). Selain itu tentu shutter speed harus dipilih yang cukup cepat supaya obyeknya beku/diam.
Drive continu bisa dipilih di drive mode, biasanya kamera bisa memotret mulai dari 4 foto per detik yang cukup lumayan untuk memotret berturut-turut. Kamera lebih canggih bahkan bisa memotret sampai 11 foto per detik. Untuk mengaktifkan fokus kontinu pilih mode AF-C (di kamera Nikon dan Sony) atau AF mode ke AI Servo (di kamera Canon). Selanjutnya tentu kita harus membidik obyeknya, tekan dan tahan setengah tombol jeptret (atau tekan dan tahan tombol AF-ON) lalu saat momennya tiba tekan penuh tombol jepret cukup lama supaya bisa diambil banyak foto. Nantinya pilih dari sekian foto yang diambil manakah yang momen dan timingnya paling pas.
Kondisi 4 : aktivitas di tempat kurang cahaya
Misal : seremoni indoor (wedding, wisuda, pentas seni dsb)
Kondisi seperti ini kerap kita hadapi, dan bisa dibagi dua kelompok : bisa dibantu flash dan tidak. Idealnya kita punya flash eksternal yang bisa di bounce ke langit-langit sehingga cahayanya lebut dan natural. Untuk menambah kekuatan flash bisa juga naiikan ISO hingga ISO 800. Namun bila flash tidak bisa dipakai (entah karena dilarang atau jangkauannya terbatas) maka hal yang penting adalah gunakan bukaan maksimal (lensa yang bisa f/2.8 atau lebih besar akan lebih embantu) dan naikkan ISO cukup tinggi (ISO 1600-3200) supaya foto jadi terang, shutter speed tetap cepat sehingga momen yang difoto tidak blur.
Walau tampak terang, foto diatas diambil di dalam ruangan yang kurang cahaya. Untuk itu penggunaan flash dengan bounce akan membantu pencahayaan. Jangan lupa karena aktivitas di dalam ruangan ini umumnya dinamis (bergerak), tips di kondisi 3 diatas seperti AF mode kontinu kadang tetap diperlukan.
Kondisi 5 : warna sumber cahaya yang sulit
Misal : di cafe/resto/hotel, bermacam sumber cahaya bercampur (matahari, lampu, flash)
Paling aman pakailah format file RAW lalu diedit belakangan, sesuaikan setting White Balance yang diinginkan. Tapi bila kita mau hasil akurat tanpa perlu repot edit, maka kita perlu siapkan kertas putih di lokasi pemotretan, lalu lakukan prosedur Custom/Preset WB atau Measure WB. Syaratnya, kertas putih harus difoto penuh, dengan sumber cahaya yang sama dengan yang akan kita pakai nanti. Dengan begitu kamera akan mengerti setting WB optimal dari kertas putih tadi.
Khusus di cafe/resto/hotel umumnya disengaja memberi pencahayaan hangat (lampu tungsten yang kekuningan) sehingga membuat dilema saat difoto. Bila kita netralkan maka seolah-olah di lokasi itu lampunya putih netral (tidak ada kesan hangat), tapi bila dibiarkan kuning maka orang yang ada di foto tersebut warnanya (kulit, baju dsb) jadi tidak netral.
Contoh warna kuning dinetralkan jadi putih, benar secara teknis tapi jadi tidak terlihat warna aslinya :
Lalu difoto lagi dengan menjaga warna aslinya, lebih hangat (kuning) tapi tidak netral :
WB shift juga bisa dilakukan bila kita sudah tahu ingin membiaskan hasil warna akhir ke arah mana : Hijau – Magenta atau Biru – Merah. Idealnya titik tengah akan memberi hasil netral apabila setting WB sama dengan sumber cahayanya. Tapi kalau kita mau geser bisa juga, dengan menggeser ke kanan maka tone warna akan semakin kemerahan. Bila titik tengah memberi hasil yang tidak netral (misal akibat gangguan dari warna biru pada cahaya yang ada) maka ada baiknya WB shift digeser ke kanan supaya hasil akhirnya tidak lagi biru. WB shift juga boleh dipakai untuk membuat warna sengaja berbeda, misal di daerah berkabut putih akan lebih unik bila WB di geser ke warna biru.
Kondisi 6 : balance flash di tempat low light atau fill flash untuk backlight
Misal : foto potret dengan flash, tapi ingin suasana sekeliling terlihat terang, atau sebaliknya mengisi flash saat backlighting
Flash slow speed dimaksudkan unyuk menerangi subyek yang dekat, namun untuk menangkapambient light perlu shutter speed yang cukup lambat, misal di belakangnya ada lampu-lampu gedung. Biasanya dipilih 1/30 detik hingga 1/8 detik. Perhatikan kalau tripod sebaiknya dipakai untuk speed lambat.
Foto berikut pakai shutter 1/20 detik, ISO 800 dan lampu flash :
Bedakan dengan foto berikut ini :
Ini perkecualian karena backlight / melawan matahari, jadi shutter speed boleh lebih cepat (misal 1/100 detik) tapi supaya obyek utama tidak jadi siluet maka flash tetap diset untuk menyala seperti foto diatas.
Sumber: kamera-gue.web.id
No comments:
Post a Comment